Sabtu, 12 Desember 2015

Master Yoyok : Hapkido Akan Besar di Indonesia

Saibumi.com, Bandar Lampung - Master Vincentius Yoyok Suryadi, akrab disapa Master Yoyok (51), pendiri Hapkido Indonesia menyebut Hapkido sebagai kelahirannya kembali. Berbagai hal seputar olahraga beladiri asal Korea Selatan dan dirinya tersebut terungkap dalam wawancara dengan Saibumi.com di lantai 2 Hotel Amalia Jl Radin Intan Bandar Lampung, Sabtu 9 Mei 2015.
"Hapkido bukan bela diri pertama yang saya geluti. Saya belajar Taekwondo lebih dulu, sejak 1979. Baru pada 1999 saya belajar Hapkido. Itu juga dengan tanpa meninggalkan taekwondo. Selain Taekwondo dan Hapkido, saya juga belajar bela diri yang lain seperti Aikido," kata Master Yoyok mengawali.
Tertarik dan mendalami Taekwondo langsung ke negara asalnya membuatnya mengenal Hapkido. "Kalau dari sejarahnya Hapkido sendiri di Korea Selatan sudah muncul sejak 1950. Nah, saat saya mendalami Taekwondo langsung disana, saya mulai kenalan dengan Hapkido. Mulai belajar juga. Lalu 2009 bertemu dengan Master Don Oh Choi yang sekarang menjadi Presiden Hapkido dunia. Dia yang mengajak dan mendorong saya buat dirikan Hapkido di Indonesia. Tidak secara persis langsung menunjuk saya, karena yang belajar Hapkido asal Indonesia bukan hanya saya," lanjut dia bercerita.
Dorongan dari Master Don Oh Choi sempat mengendap lama. "Setiap saat ketemu lagi, ajakan yang sama terulang lagi. Akhirnya saya mantapkan diri untuk mengeksekusi. Saya minta waktu untuk mempelajari dan mempersiapkan. Tahun 2013 saya akhirnya mulai bergerak. Pertama dengan mengajak murid saya, mengenalkan dan melatih Hapkido sama mereka hingga mereka dapat lisensi sebagai pelatih. Mulai dengan sekitar 40-an pelatih yang selanjutnya disebar keseluruh Indonesia. 2014 baru secara resmi berdiri di Indonesia," urainya.
Dia meyakini Hapkido bakal menjadi kekuatan utamanya yang bisa besar di Indonesia. "Karena saya yakin makanya saya bergerak. Ada pepatah dalam beladiri, keraguan bisa membunuhmu. Saya yakin Hapkido akan long lasting di Indonesia," ujar dia tegas.
Yakin itu juga yang jadi latar belakang Hapkido Indonesia pada 2016 bisa menggelar Kejurnas. Selanjutnya 2017, Hapkido Indonesia sudah bisa kirimkan anggotanya ikut Kejuaraan dunia di Australia. Dengan sudah mengikuti berbagai kejuaraan, niat mereka masuk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) lebih lancar.
Hidup Kedua
Lama menggeluti Taekwondo, lebih spesifik dia sebut Hapkido sebagai hidup keduanya. Berkaca pada siklus hidup burung elang. "Banyak yang tidak tahu kalau elang itu hidup dua kali. Saat sudah jadi elang dewasa dan sempurna, ada momen dimana dia akan menyepi, merontokkan seluruh bulunya, bahkan mematahkan paruh dan cakarnya. Lewati proses menyakitkan dan penuh makna tersebut menjadi proses kelahiran kedua dari elang. Begitu juga Hapkido buat saya," katanya penuh makna. Elang juga yang menjadi dasar pemberian nama pada dojang Taekwondo miliknya, Eagle Spirit Taekwondo Academy di Yogyakarta.
Iklim diluar negeri tidak mengenal pembatasan pembelajaran beladiri. "Diluar sana nggak ada peraturan ikut bela diri ini nggak boleh lagi ikut beladiri lain. Itu yang membuat berbagai beladiri terus hidup. Sekarang lihat di media sudah ada mix martial arts. Kemarin saya jadi juri di Uni Emirat Arab, disana Karate digabung sama Taekwondo and its work. Berjalan dengan baik dan berkembang," lanjutnya. Itu sebabnya hingga sekarang aktif di Taekwondo dan Hapkido bisa dijalankannya secara beriringan.
Master Yoyok tidak mau sebut secara spesifik nama beladiri terbaik di bumi ini. "Bela diri yang terbaik adalah beladiri yang bisa dipakai setiap saat. Tidak melulu lewat gerakan beladiri misalnya tapi juga lewat pola pikir dan etika," katanya.
Aktif melatih Hapkido dan membentuk Pengda di seluruh Indonesia bisa dilakukan sejalan dengan menjabat sebagai pengurus Taekwondo internasional. Itu masih ditambah jadi penasehat Taekwondo Indonesia. Diluar kesibukan jadi Kyeorugi Referee - Vice Chairman di World Children Taekwondo Union (WCTU), Founder Eagle Spirit Taekwondo Academy di Yogyakarta dan International Master Instructur serta International Referee World Taekwondo Federation. "Istri saya sempat ngomel juga. Dia bilang rumah jadi kayak halte bis dibandingkan rumah tinggal," katanya sambil tertawa.
Sekilas Mirip Aikido
Sekilas Hapkido mirip dengan Aikido. "Iya, sekilas mirip. Tapi Aikido bermain diareal menyalurkan tenaga lawan, lebih lunak. Hapkido selain lunak juga bermain keras, lebih mirip beladiri Young Modoo. Dari nama juga mirip dengan Aikido. Hap adalah harmoni dan Ki adalah tenaga jadi Hapkido adalah seni mengharmonikan tenaga," masih kata pria yang terlihat sangat bugar diusia lebih setengah abadnya.
Bela diri Hapkido mengajarkannya arti kekuatan untuk melepaskan. "Kekuatan terbesar itu adalah kekuatan untuk melepaskan, bukan kekuatan untuk mendapatkan. Suatu saat tiap orang pasti hadapi momen untuk melepaskan. Dan momen itu tidak pernah sama. Seperti maaf, kita gampang minta maaf. Tapi untuk memberi maaf antara hati dan mulut bisa berbeda," ungkapnya lagi.
Hapkido merupakan beladiri yang bersifat aplikatif. "Artinya proses pembelajaran harus ketemu muka dan praktek langsung.Not a kind of martial arts that you can learn from youtube for example. Hapkido melatih mind, body and soul. Itu satu paket yang utuh dan nggak bisa dipisah," ujarnya.
Itu sebabnya pelatih dan dojang (pusat latihan) Hapkido punya aturan ketat. "Tahun ini boleh dibilang permintaan pendirian dojang dan pelatih dari daerah itu terus ada. Tapi kami nggak bisa asal membuka dojang baru. Calon pelatih langsung saya latih. Dalam pelatihan itu dinilai bagus tidak dia melatih. Kalau lolos, ikut ujian sertifikasi dari Pengurus Pusat Hapkido Indonesia. Mau ambil sabuk hitam sebagai Master maka harus ikut ujian langsung di Korea Selatan," katanya menjelaskan.
Ingat, lisensi sebagai pelatih punya masa kadaluarsa. "Dua tahun sekali pelatih harus upgrade skill and licence-nya. Itu berlaku nasional dan internasional. Kebijakan ini diambil untuk update pengembangan kemampuan sebagai pelatih," tambahnya lagi.
Bukan hanya pelatih, dojang juga ada lisensinya. "Dojang berlisensi harus punya pelatih berlisensi. Lisensi menjadi tolak ukur dojang untuk latihan, misalnya luas latihan dojang. Untuk satu orang siswa minimal harus ada areal latih 3 meter. Waktu dua tahun juga jadi batas dojang untuk upgrade licence-nya," urainya rinci.
Tanpa Batasan Usia
Ingin mempelajari Hapkido tidak ada pembatasan umur. "Kami punya murid usia lima tahun. Tidak ada batasan usia. Sepanjang dia mampu ikuti gerakan maka dia bisa. Tinggal bagaimana pelatih menyesuaikan gerakan Hapkido dengan kondisi fisik dan kepentingannya. Misalnya teknik Hapkido buat seorang polisi tentu beda dengan teknik Hapkido buat kompetisi. Jadi sangat fleksibel dan tidak menuntut kelenturan tubuh atau persyaratan khusus," lanjut Kwang Jangnim (Master dalam bahasa Korea). Hapkido untuk difabel juga sedang mereka kembangkan.
Diujung wawancara, Master Yoyok sempat terdiam sejenak saat ditanya apa yang dia dapat dari mendalami beragam jenis martial arts. "Martial arts is a way of life. Sepanjang saya hidup pasti akan tetap bergelut didunia martial arts. Martial arts mengajarkan saya kalau bahagia itu sekarang, bukan kemarin bukan besok. Bahagia itu proses bukan tujuan. Bahagia itu gampang. Sikap paling penting adalah peduli pada orang lain. Orang terpenting bagi saya adalah orang yang paling dekat dengan saya sekarang. Intinya saya hidup harus bermanfaat. Itu makanya saya disebut manusia," urainya arif diakhir wawancara.(*)
Laporan wartawan Saibumi.com Saryah M Sitopu





Sumber: www.saibumi.com


0 komentar:

Posting Komentar

News Update